Sabtu, 12 Februari 2011

Tugas 1 ( Perekonomian Indonesia )

                  Permasalahan Kemiskinan

     Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah “negara berkembang” biasanya digunakan untuk merujuk kepada negara-negara “miskin”.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup: 
1.    Gambaran kekurangan materi,yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayang kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
2.  Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena  hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi. 
3.   Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna “memadai” disini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi diseluruh dunia.


Latar Belakang  kemiskinan diperkotaan
Permasalahan kemiskinan diindonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat miskin adalah tidak meiliki akses ke prasarana dibawah standar kelayakan, serta mata pencaharian yang tidak menentu. Disadari bahwa selama ini banyak pihak lebih melihat persoalan kemiskinan hanya pada tataran gejala-gejala yang tampak telihat dari luar atau di tataran permukan saja, yang mencakup multidimensi, baik dimensi politik, sosial, ekonomi, aset dan lain-lain. Dalam kehidupan sehari-hari dimensi-dimensi dari gejala-gejala kemiskinan tersebut muncul dalam berbagai bentuk, seperti antara lain :
  •   Dimensi politik, sering muncul dalam bentuk tidak dimilikinya wadah organisasi yang mampu memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat miskin. Akibatnya, mereka juga tidak memiliki akses yang memadai ke berbagai sumber daya kunci yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan hidup mereka secara layak, termasuk akses informasi.
  •     Dimensi sosial, sering muncul dalam bentuk tidak terintegrasikannya warga miskin ke dalam institusi sosisal yang ada, terinternalisasikannya budaya kemiskinan yang merusak kualitas manusia dan etos kerja mereka, serta pudarnya nilai-nilai kapital sosial.
  •    Dimensi lingkungan, sering muncul dalam bentuk sikap, perilaku, dan cara pandang yang tidak untuk berorientasi pada pembangunan berkelanjutan sehingga cenderung memutuskan dan melaksanakan kegiantan yang kurang menjaga kelestarian dan perlindungan lingkungan hidup serta pemukiman.
  •    Dimensi ekonomi, muncul dalam bentuk rendahnya penghasilan sehingga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sampai batas yang layak.
  •     Dimensi aset, ditandai dengan rendahnya kepemilikan masyarakan miskin ke berbagai hal yang mampu menjadi modal hidup mereka, termasuk aset kualitas sumberdaya manusia, peralatan kerja, modal dana, hunian atau perumahan dan sebainya.
Karakteristik kemiskinan seperti tersebut diatas dan krisis ekonomi yang terjadi telah menydarkan semua pihak bahwa pendekatan dan cara yang dipilih dalam penanggulangan kemiskinan selama ini perlu diperbaiki, yaitu ke arah pengokohan kelembagaan masyarakat.
perkembangan tingakat kemiskinan di indonesia, 1996-2008
            jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode 1996-2009 berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada periode 1996-1999 jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 13,96 juta karena krisis ekonomi, yaitu dari 34,01 juta pada tahuan 1996 menjadi 47,97 juta pada tahun 1999. Persentase penduduk miskin meningkat dari 17,47 persen manjadi 23,43 persen pada periode yang sama.
            Pada periode 2000-2005 jumlah penduduk miskin cenderung menurun dari 38,70 juta pada tahun 2000 menjadi 35,10 juta pada tahun 2005. Secara relatif juga terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 19,14 persen pada tahun 2000 menjadi 15,97 persen pada tahun 2005.
            Namun pada tahun 2006, terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin yang cukup drastis, yaitu dari 35,10 juta orang ( 15,97 persen ) pada bulan februari 2005 menjadi 39,30 juta ( 17,75 persen ) pada bulan maret 2006. Penduduk miskin didaerah perdesaan bertambah 2,11 juta, sementara didaerah perkotaan bertambah 2,09 juta orang.
            Peningkatan jumlah dan persentase penduduk miskin selama februari 2005-maret 2006 terjadi karena harga barang kebutuhan pokok selama periode tersebut naik tinggi, yang digambarkan oleh inflasi umum sebesar 17,95 persen. Akibatnya penduduk yang tergolong tidak miskin namun penghasilannya berda disekitar garis kemiskinan banyak yang bergeser posisinya menjadi miskin.
            Terjadi penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin yang cukup signifikan pada periode meret 2007-maret 2008, dari 37.17 juta ( 16,58 persen ) pada tahun 2007 menjadi 34,96 juta ( 15,42 persen ) pada tahun 2008.
Jumlah dan persentase penduduk miskin di indonesia
 menurut daerah 1996-20008


Tahun
Jumlah Penduduk Miskin ( Juta
Persentase Penduduk Miskin

Kota
Desa
Kota + Desa
Kota
Desa
Kota + Desa
1996
9,42
24,59
34,01
13,39
19,78
17,47
1998
17,6
31,9
49,5
21,92
25,72
24,23
1999
15,64
32,33
47,97
19,41
26,03
23,43
2000
12,3
26,4
38,7
14,6
22,38
19,14
2001
8,6
29,3
37,9
9,76
24,84
18,41
2002
13,3
25,1
38,4
14,46
21,1
18,2
2003
12,2
25,1
37,3
13,57
20,23
17,42
2004
11,4
24,8
36,1
12,13
20,11
16,66
2005
12,4
22,7
35,1
11,68
19,98
15,97
2006
14,49
24,81
39,3
13,47
21,81
17,75
2007
13,56
23,61
37,17
12,52
20,37
16,58
2008
12,77
22,19
34,96
11,65
18,93
15,42









Mutu Pendidikan dan SDM untuk mengatasi kemiskinan di Indonesia

Untuk mengurangi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan salah satunya adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan dan sumber daya manusia Indonesia. Karena apabila teknologi maju dan modern tapi sumber daya manusia rendah itu sama saja dengan mobil tanpa sopirnya, akibatnya pengangguran makin banyak dan akhirnya kemiskinan yang juga muncul. Seperti yang kita lihat saat ini bencana alam seperti banjir, gempa, tanah longsor dan sebagainya sedang melanda negara kita yang akhirya juga pasti munculnya masyarakat miskin karena kekayaan atau harta bendanya ikut hilang dibawa banjir dan tanah longsor.

Sedang pemerintah tidak segera mengambil tindakan justru malah BBM tidak turun sehingga masyarakat makin sulit untuk mendapatkan sumber kehidupan. Sedang bantuan dari masyarakat atau pemerintah tidak langsung disampaikan, tapi sering dibelokan. Ini juga menjadi hambatan dalam menanggulangi kemiskinan. Kemiskinan di sini tidak hanya miskin harta benda tapi juga miskin akhlak tawuran sering terjadi di mana-mana, korupsi, kekerasan dan lain-lainnya.

Kemiskinan di Indonesia terlihat sangat jelas di daerah kota, banyaknya masyarakat yang tinggal di daerah kumuh, sedang mencari pekerjaan di kota sangatlah sulit. Karena di kota yang diutamakan dalam mencari pekerjaan adalah memiliki ketrampilan dan pendidikan yang tinggi sedang bagi masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan dapat menyekolahkan anak-anaknya sampai lulus SMP atau masih untung, sehingga mereka terpaksa kerja apa adanya seperti menjadi pembantu rumah tangga, pedagang kaki lima bahkan ada yang menjadi pemulung. Kemiskinan di negara ini menjadi masalah paling utama bagi pemerintah negara.

Sebenarnya usaha pemerintah dalam menangani masalah ini sudah cukup baik, tapi masih banyak juga kekurangannya. Kekurangan-kekurangan inilah yang harus bisa diperbaiki karena dari kekurangan inilah bukannya dalam penanggulangan penduduk miskin akan berhasil tapi justru sebaliknya. Kalau kemiskinan ini dibiarkan terus menerus akan membawa dampak yang sangat bahaya bagi negara. Karena dari kemiskinan mereka terpaksa akan menghalalkan segala cara supaya dapat menghidupi keluarganya, yang muncul tiada lain adalah kriminalitas.

Bahkan masyarakat kemiskinan ini sampai juga dibawa dalam bidang politik, yang memberi janji-janji para apolitikus akan memperbaiki dan menangani masalah kemiskinan dan menjanjikan makna membuat kebudayaan yang damai, sejahtera dan hidup serba kecukupan, tapi apa kenyataannya setelah apa yang diharapkan para politikius menjadi kenyataan dan mereka hidup enak. Mereka jadi lupa atas semua janji-janji yang pernah mereka ucapkan.

Bukanya membuat rakyat menjadi hidup serba kecukupan tapi rakyat semakin hidup kekurangan. Selain dengan pendidikan sebaiknya pemerintah dan menanggulangi kemiskinan ini dengan menciptakan lapangan pekerjaan yang luas. Karena dengan luasnya lapangan pekerjaan ini dapat membantu masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan dan dapat memberikan sedikit ketrampilan kerja. Dengan demikian sedikit demisedikit kemiskinan dapat sedikit ditanggulangi. Namun demikian kalau melihat kenyataan kemiskinan di negara ini bukannya berkurang tapi malah justru semakin bertambah, karena cuma janji-janji saja yang bisa diucapkan tapi tak ada bukti dan janji-janji tersebut. Bahkan bisa dikatakan mereka menganggap janji-janji yang telah mereka ucapkan sebagai angin lalu saja.

Hal ini sangat berbahaya jika dibiarkan terus menerus karena masyarakat miskin bisa saja mereka tidak lagi percaya dengan yang namanya pemerintah. Dan kalau hal ini sampai terjadi jelas sudah kalau negara ini bisa saja hancur kalau rasa percaya pada pemerintah sudah tidak ada. Karena rakyat berbuat semaunya yang penting bisa mencukupi dan menghidupi keluarga yang pada akhirnya timbul pertikaian antara masyarakat yang satu dengan yang lain. Jadi menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah yang dibutuhkan adalah jujur serta tanggung jawab atas apa yang pernah diucapkan atau dijanjikan.
Sumber :




0 komentar:

Posting Komentar