Ketimpangan Pendapatan
suatu daerah/wilayah pada
waktu/kurun waktu tertentu. Kaitan antara kemiskinan dan
ketimpangan pendapatan ada
beberapa pola yaitu:
1. Semua anggota masyarakat
mempunyai income tinggi (tak ada miskin) tetapi
ketimpangan pendapatannya tinggi.
2. Semua anggota masyarakat
mempunyai income tinggi (tak ada miskin) tetapi
ketimpangan pendapatannya rendah.
(ini yang paling baik).
3. Semua anggota masyarakat
mempunyai income rendah (semuanya miskin) tetapi
ketimpangan pendapatannya tinggi.
4. Semua anggota masyarakat
mempunyai income rendah (semuanya miskin) tetapi
ketimpangan pendapatannya rendah.
5. Tingkat income masyarakat
bervariasi (sebagian miskin, sebagian tidak miskin)
tetapi ketimpangan pendapatannya
tinggi.
6. Tingkat income masyarakat
bervariasi (sebagian miskin, sebagian tidak miskin)
tetapi ketimpangan pendapatannya
rendah.
7. Tingkat income masyarakat
bervariasi (sebagian miskin, sebagian tidak miskin)
tetapi ketimpangan pendapatannya
tinggi.
Untuk menentukan tingkat
ketimpangan pendapatan terdapat beberapa ukuran yang
digunakan, antara lain:
1.
1. Cara Bank
Dunia,
Income suatu masyarakat diurutkan
dari paling rendah ke paling tinggi, lalu income
dibagi dalam 3 katagori yaitu:
1. jumlah proporsi yang diterima
oleh 40% penduduk lapisan bawah,
2. jumlah proporsi yang yang
diterima 40% penduduk lapisan sedang,
3. jumlah proporsi yang diterima
20% penduduk lapisan tinggi,
Berdasarkan katagori di atas
dinyatakan tingkat ketimpangan pendapatan sebagai Bank
Dunia membuat 3 macam ketimpangan
perndapatan yaitu:
1. Ketimpangan pendapatan tinggi
(highly inequality).
2. Ketimpangan pendapatan sedang
(moderate inequality).
3. Ketimpangan pendapatan rendah
(low inequality).
Dari kriteria Bank Dunia dapat
dilihat bahwa pendapatan yang diterima oleh lapisan
menengah dan lapisan
atas tidak diperhatikan. Jadi kalau ada perubahan bagi penerima
pendapatan di penduduk lapisan
sedang dan lapisan tinggi, maka tidak ada perubahan
dalam ketimpangan pendapatan. Tetapi cara Bank Dunia
ini cukup mudah dan praktis.
2.
Dengan Gini Ratio,
Ukuran ketimpangan pendapatan
yang sering dipakai adalah dengan cara
menghitung Gini Ratio (GR).
Cara ini memperhatikan seluruh lapisan penerima
pendapatan, tetapi cara ini agak
lebih sulit.
Rumus Gini Ratio:
GR = 1 - Σ fi [Yi + Yi-1]
fi = jumlah persen (%) penerima
pendapatan kelas ke i.
Yi = jumlah kumulatif (%)
pendapatan pada kelas ke i.
- Nilai GR terletak antara nol sampai dengan satu.
- Bila GR = 0, ketimpangan pendapatan merata sempurna, artinya setiap
orang menerima pendapatan yang
sama dengan yang lainnya.
- Bila GR = 1 artinya ketimpangan pendapatan timpang sempurna atau
pendapatan itu hanya diterima
oleh satu orang atau satu kelompok saja.
- Nilai GR = 0 atau GR = 1 tidak pernah diperoleh di lapangan. Gini Ratio
biasanya disertai dengan kurva
yang disebut kurva Lorenz.
- Kriteria ketimpangan berdasarkan Gini Ratio:
Bila nilai Gini
≥ 80% ketimpangan
Ratio (GR) sangat tinggi
60%-79%
ketimpangan
tinggi
40%-59% ketimpangan
sedang
20%-39%
ketimpangan
rendah
<
20% ketimpangan
sangat
rendah
|
Perhitungan gini ratio I, Ketimpangan Tinggi
Penerima
Income
|
Income
Rp1000
Y
|
% tase
Penerima
income
|
Kumula
tif % penerima
Income
|
Y/Total Y
x 100%
|
Kumulatif
% Y
|
Kum %
Yi+Yi-1
|
Kum
(%Yi+
Yi-1)x
%X
|
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
G
|
H
|
1
|
5
|
10%
|
10,00%
|
0,25%
|
0,25%
|
0,25%
|
0,03%
|
2
|
7
|
10%
|
20,00%
|
0,35%
|
0,60%
|
0,85%
|
0,09%
|
3
|
10
|
10%
|
30,00%
|
0,50%
|
1,10%
|
1,70%
|
0,17%
|
4
|
20
|
10%
|
40,00%
|
1,00%
|
2,10%
|
3,20%
|
0,32%
|
5
|
40
|
10%
|
50,00%
|
2,00%
|
4,10%
|
6,20%
|
0,62%
|
6
|
90
|
10%
|
60,00%
|
4,50%
|
8,60%
|
12,70%
|
1,27%
|
7
|
128
|
10%
|
70,00%
|
6,40%
|
15,00%
|
23,60%
|
2,36%
|
8
|
300
|
10%
|
80,00%
|
15,00%
|
30,00%
|
45,00%
|
4,50%
|
9
|
500
|
10%
|
90,00%
|
25,00%
|
55,00%
|
85,00%
|
8,50%
|
10
|
900
|
10%
|
100,00%
|
45,00%
|
100,00%
|
155,00%
|
15,50%
|
Jumlah
|
2000
|
100%
|
100,00%
|
Jumlah
|
33,35%
|
||
GR = 1-33,35%= 0,6665
|
1. 1.
Kolom
A atau X adalah penerima pendapatan, ada 10 orang, setiap
kelompok diwakili oleh 1 orang,
diwakili oleh nomor 1 sampai dengan
nomor 10.
2.
2. Kolom B atau Y adalah pendapatan yang diterima
setiap orang. Nomor 4
menerima pendapatan Rp.20.000
sebulan. Total pendapatan dari nomor 1
sampai dengan nomor 10 atau Σ nomor 1 sampai
10 penerima pendapatan
(X) adalah = Rp.2.000.000
3. Kolom C adalah
persen dari setiap orang, 1/10x100% = 10%.
4. Kolom D adalah jumlah
kumulatif dari % penerima pendapatan, pada
nomor 4 jumlah
kumulatif (10%+10%+10%+10%) = 40%.
5. Kolom E adalah persentase yang
diterima oleh setiap penerima
pendapatan.
Nomor 7 menerima Rp.1280.000 sebulan,
(128.000/2.000.000) x 100% =
6,40%.
6. Kolom F, jumlah kumulatif %
pendapatan. di nomor 4, jumlah kumulatif
itu =
7. (0,25%+0,35%+0,5%+1%) = 2,1%.
8. Kolom G adalah jumlah di baris
ke i + baris di atasnya dari kolom F. Di
baris ke 5 atau
nomor 5 adalah (2,1%+4,1%) = 6,20%, di baris terakhir
atau di nomor 10
adalah: (55%+100%) = 155%.
9. Kolom H adalah kolom G x kolom
C. Pada baris 1 diperoleh 10% x 25%
= 0,03%.
10. Kolom H dijumlahkan, atau Σ baris 1 sampai
10, atau 0,03%+0,9%+
.....+15,5% =
33,35%.
11. Gini Ratio (GR) = 100% -
33,35% = 66,65% atau 0,67.
Pada perhtungan
GR itu diperoleh ketimpangan pendapatan tinggi, karena
nilai GR = 0,67,
ini berada di antara 0,60-0,80.
Dengan cara Bank
Dunia juga dapat dilihat ketimpangan pada perhitungan di
Tabel itu. Bahwa jumlah
pendapatan yang diterima oleh 40% kelompok terendah
(pada baris ke 4) adalah hanya
2,1% atau angka ini adalah < 12%, sehingga nilai itu
termasuk dalam ketimpangan
pendapatan tinggi (high in equality). Kriteria Bank
Dunia hanya ada tiga kelas, yaitu
tinggi, sedang dan rendah. Sedangkan menurut Gini
Lorenz ada lima kelas, yaitu
mulai dari ketimpangan sangat tinggi sampai ke
ketimpangan sangat rendah.
SUMBER :
0 komentar:
Posting Komentar